Titian Ramadhan

Referensi Al-Quran Untuk Keselamatan Manusia Dunia Dan Akhirat

Terdapat banyak keistimewaan dalam bulan Ramadhan, salah satunya adalah peringatan Nuzulul Quran. Insya Allah 17 Ramadhan 1436 H mendatang dapat kita memperingatinya. Bulan dimana Al-Quran diturunkan Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia di muka bumi, yang tentunya dapat menjamin keselamatan dunia dan akhirat. Sebagai mana Allah SWT berfirman :“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan al Quran, sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil) (Q.S.Al-Baqarah : 185)

Prof. Dr. Quraisy Syihab dalam bukunya Wawasan Al Qur'an menyebutkan, Al-Quran yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan pun, sejak manusia mengenal tulis baca yang dapat menandingi Al-Quran Al-Karim.

Membacanya saja sudah bernilai ibadah. Dan orang yang membacanya tidak mesti matanya nampak melihat, orang buta pun bisa membaca dan menghafalnya, makanya pada MTQ ada cabang canet (cacatnetra). Al-Quran bukan saja dicatat sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.

Sedangkan yang dipelajari dari isi kandungan Al-Quran bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat, bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku dari generasi kegenerasi. Tata cara membacanya diatur, mana yang dipendekkan dan mana yang harus dipanjangkan, mana yang dipertebal atau diperhalus ucapannya, dimana tempat memulai membacanya, dimana tempat yang boleh berhenti atau dilarang berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.

Karena itu umat Islam wajib mempedomani Al-Quran, karena tidak ada bacaan yang agung seagung Al-Quran. Bayangkan, sebanyak kosa kata Al-Quran, yang kata-katanya berjumlah 77.439.kata, dengan jumlah huruf 323.015. huruf, yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun kata dengan awal kata dan dampaknya. Sebagai contoh tulis Quraisy Syihab - kata hayat terulang sebanyak lawannya maut, masing-masing 145 kali; akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia; malaikat terulang 88 kali sebanyak kata setan; thuma'ninah (ketenangan) terulang 13 kali sebanyak kata kecemasan; panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin.

Dipandang dari sudut terminologis (makna ayat), kandungan Al-Qur’an dapat diikhtisarkan menjadi tiga dimensi sifat: Komprehensif, karena membahas berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seni, dan terapi jiwa; Eternal dan Reformis; serta menjangkau dimensi-dimensi non-inderawi (gaib).

Al-Qur’an bersifat komprehensif, karena membicarakan segala aspek. Seluruh materi kehidupan terhimpun dalam Al-Qur’an. juga problematika yang meliputi, hukum, undang-undang, sistem stratifikasi sosial kemasyarakatan, keluarga, serta masalah-masalah pribadi. Misalnya, aspek hukum dapat dipecahkan hanya cukup melalui delapan kata: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam permasalahan, maka jika kalian telah ber’azam (bertekad, bersepakat) ber-tawakkallah kepada Allah.” (QS.Ali Imran:159).

Dalam problema sosial ekonomi kemasyarakatan yang mengandung implikasi politik, cukup dipecahkan dengan empat belas kata. Tujuh kata dialamatkan kepada ‘Hakim’ (pemerintah): “Ambillah dari harta-harta mereka sebagai shadaqah untuk membersihkan dan menyucikan mereka”(Q.S.At-Taubah:103).

Dipandang dari sudut terminologi dari (makna ayat), kandungan Al-Qur’an dapat diikhtisarkan menjadi tiga dimensi sifat yaitu: Komprehensif, karena membahas berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seni, dan terapi jiwa; Eternal dan Reformis; serta menjangkau dimensi-dimensi non-inderawi (gaib).

Pertama, Al-Qur’an bersifat komprehensif, membicarakan segala aspek. Kedua, Al-Qur’an bersifat eternal dan reformis. Berjalan sesuai dengan tuntutan zaman. Tidak kontradiksi dengan perkembangan rasio dan keilmuwan. Allah mengetahui bahwa manusia selalu berkembang, dinamis dan progresif. Andaikan hukum-hukum alam serta teori-teori ilmiah disusun secara definitive dan terbatas, maka manusia akan kacau balau, bingung, dan akan ingkar serta mendustakan kebenaran agama.

Kedua, Al-Qur’an datang dalam format elastis, berjalan seiring dengan derap langkah kemajuan manusia. Semakin ilmu pengetahuan manusia bertambah, maka kian terbukti pula kemukjizatan dan kehebatan Al-Qur’an. Demikian pula, setiap ditemukan kebenaran ilmiah, disitu sudah diisyaratkan bahwa Al-Qur’an tidak bertentangan dengan kebenaran ilmiah.

Ketiga, Al-Qur’an mampu menjangkau dimensi-dimensi non-inderawi (ghaib). Pemberitaan ghaib yang diungkapkan misalnya; Al-Qur’an telah memprediksi kemenangan Romawi Timur yang berpusat di Konstan-tinopel, setelah beberapa saat sebelumnya mengalami kekalahan besar dari bangsa Persia. Ternyata prediksi Al-Qur’an itu benar-benar terbukti (QS.Ar-Rum:2-3).

Pemberitaan yang lain tentang keselamatan badan fir’aun yang tenggelam di laut merah 3.200 tahun yang lalu, baru terbukti setelah muminya ditemukan oleh LORET di Wadi Al-Muluk Thaba Mesir pada tahun 1896, dan dibuka pembalutnya oleh Eliot Smith 8 Juli 1907. Mahabenar Allah yang mengatakan kepada Fir’aun pada saat kematiannya (Q.S.Yunus : 92).

Mengapa kita masih enggan mempelajarinya? Sangat disayangkan tidak sedikit umat Islam tidak bisa membaca kitab sucinya, dengan kedatangan Ramadhan tahun ini, mari kita jadikan momentum untuk kita tingkatkan kemampuan membacanya. Dan momentum peringatan Nuzulul Qur’an 1436 Hijriyah namti, bukan hanya sebatas memperingatinya. jauh lebih penting adalah bagaimana kita menghayati dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadikan Al-Qur’an itu sebagai pegangan dan pedoman dalam setiap tindakan dan perbuatan kita.

Namun sayang, kadang-kadang dalam meriahnya peringatan Nuzulul Qur’an, tersirat realitas sosial yang kontradiktif. Pada satu sisi, formalisme keagamaan dengan mengusung kemuliaan dan keagungan Al-Qur’an, hanya menjadi simbol pengukuhan kebenaran firman Tuhan, namun pada sisi lain terlihat jarak yang menganga antara kitab suci dengan manusia yang meyakini kebenarannya.

Jika al-Qur’an ayat pertama turun dengan kalimat iqra’ yang berarti perintah untuk membaca, mengapa kebanyakan negara-negara muslim hidup dengan gelumur buta huruf dan terbelakang dalam sains dan ilmu pengetahuan? Kalau para penguasa larut dalam teks pidato sambutan yang penuh pujian terhadap Al-Qur’an, lantas mengapa ketika kekuasaan telah direnggut, perilaku kadang sangat paradox dengan Al-Qur’an? Sebelum duduk di kursi kekuasaan sering kali membaca ayat kursi, setelah dapat kursi, malah justrus lalu ayat.

Di atas podium kita berteriak lantang: “Maju tak gentar membela yang benar!” dalam praktek kalimat itu berubah; menjadi “maju takgentar membela yang bayar.” Lalu kepada masyarakat diserukan: ‘mari kita tingkatkan persatuan! Kemudian kalimat ‘persatuan’ diplesetkan menjadi ‘persatean’ masyarakat ditusuk, dikipas-kipas, diasap-asap di atas bara api panasnya kehidupan mereka.

Dengan realitas tersebut, marilah bangkit dan bersatu membangun Indonesia Hebat yang damai, adil dan bermartabat, dengan tidak saling meruntuhkan. Indonesia yang kita cintai ini adalah negeri kita, kita bukan orang asing di negeri ini.“ Selama masih dengan amar makruf umat bisa menjadi baik, kenapa mesti dengan nahi munkar didahulukan dalam dakwah?

Selama masih bisa berbica lemah lembut, kenapa mesti berteriak lantang dan bertegang urat leher saling mencaci. Selama masih bisa saling mengajak, kenapa mesti kita saling mengejek. Selama masih bisa saling merangkul, kenapa mesti kita saling memukul. Selama masih bisa calling down kenapa mesti bermain smack down.

Pembaca yang budiman, bertepatan kita menyongsong datangnya bulan Ramadhan, sekalian kita merenung sejenak untuk mohon ampunan maaf kepada Allah SWT. Memohon ampun dan berserah diri, seraya berdoa: Ya Allah ya Tuhan kami, junjungan dan pelindung kami, ketika mata telah banyak tertidur, bintang gemintang telah tenggelam, tetapi Engkau Maharaja yang hidup dan gagah; Ya Allah Tuhan Yang Maha Rahman, Ketika raja-raja dunia telah menutup pintunya, tetapi pintuMu terbuka lebar buat para peminta, inilah kami memohon dan meminta di depan pintuMu. Bimbinglah kami dalam agamaMu ini agar tidak salah kaprah menuhan kan diri kami, menuhankan kelompok kami, menuhankan guru-guru kami, menuhankan segala kepentingan kami, menuhankan harta dan kekuasaan kami, menuhankan kebenaran kami yang belum tentu benar, menuhankan tuhan-tuhan yang bukan tuhan sejati.

Amin Ya Rabbal’alamin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Islam

Penegakan Hukum

Jejak Sejarah Gerakan Wahhabisme