Ilmu Tauhid Edisi 2
Tauhid
Rububiyah dan Pengakuan Orang-Orang Musyrik Terhadapnya
Oleh: Syaikh Dr. Shalih
bin Fauzan
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT dalam Rububiyah, ikhlas beribadah
kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya Nama-nama dan Sifat-sifatNya. Dengan
demikian, maka tauhid terdiri dari tiga aspek, yakni: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah serta
Tauhid Asma’ wa Sifat. Setiap macam dari ketiga aspek tauhid itu memiliki
makna yang harus dijelaskan agar menjadi terang perbedaan antara ketiganya.
Makna Tauhid Rububiyah
Memilik kedudukan untuk mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala perbuatan-Nya,
dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Allah menciptakan segala sesuatu.......” [Az-Zumar:
62]. Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan
makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya,........” [Hud : 6]
Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang
mematikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” [Ali Imran:
26-27]
Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. Sebagaimana
Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu
kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah …” [Luqman:
11]. “Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rizki jika
Allah menahan rizki-Nya?” [Al-Mulk: 21] Allah menyatakan pula tentang keesaan-Nya dalam rububiyah-Nya atas segala
alam semesta. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
[Al-Fatihah: 2]
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.” [Al-A'raf: 54]
Allah menciptakan semua makhluk-Nya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya.
Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui
keesaan rububiyah-Nya. “Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh
dan Yang Empunya `Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”
Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di
tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi
tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka
akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari
jalan manakah kamu ditipu?” [Al-Mu'minun: 86-89]
Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang
menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para
rasul yang difirmankan Allah: “Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan
terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” [Ibrahim: 10]
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun
demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa alaihis
salam kepadanya:“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui,
bahwa tiada yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara
langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira
kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa”. [Al-Isra': 102] Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan
kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya.” [An-Naml:
14]
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti atheis-komunis.
Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi pada
hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk
pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang
membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang
mempengaruhinya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah
mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan).” [Ath-Thur:
35-36]
Perhatikanlah alam semesta ini, baik yang di atas maupun yang di bawah
dengan segala bagian-bagiannya, anda pasti mendapati semua itu menunjukkan
kepada Pembuat, Pencipta dan Pemiliknya. Maka mengingkari dalam akal dan hati
terhadap pencipta semua itu, sama halnya mengingkari ilmu itu sendiri dan
mencampakkannya, keduanya tidak berbeda. Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-orang atheis-komunis saat ini hanyalah
karena kesombongan dan penolakan terhadap hasil renungan dan pemikiran akal
sehat. Siapa yang seperti ini sifatnya maka dia telah membuang akalnya dan mengajak
orang lain untuk menertawakan dirinya.
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia
Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan,
Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq]
______________
Komentar