Pemikiran Islam
MEMAKNAI KEHIDUPAN DUNIA
Cinta
kepada dunia? Dikiranya dunia ini emas yang berkilau, padahal hanya seongok salju
mengkilat, matahari datang menyinari lalu meleleh tak berarti.
Dikiranya tanamanan hijau akan selamanya, padahal tiba waktunya
akan layu, musnah dibakar atau habis dimakan hewan ternak.
Allah
SWT berfirman, artinya: “Tidaklah
hidup didunia ini, melainkan hanya per-mainan dan bersendagurau. Sesungguhnya
kampong akherat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Apakah kamu
tidak memikirkan!” (QS. Al-An’am : 32).
Allah
SWT berfirman, artinya: “Hidup
didunia ini tidak lain hanya satu kesena-ngan dan permainan, sesungguhnya
kampong akherat itulah kehidupan yang sebenarnya, bilamana mereka mengetahui.”
(QS. Al-Ankabuut : 64)
Sesungguhnya yang namanya permainan tidak ada yang sungguh-sungguh, banyak tipu daya
dan rekayasa, apa itu rekayasa politik atau rekayasa sosial untuk
kepentingan nafsu. Sesungguhnya orang-orang yang mengutamakan permainan,
yang menang tentu kaya raya atau kalah menanggung malu laksana pecundang, kelak
yang kalah dan menang pun sama-sama pasti hancur.
Allah
SWT berfirman, artinya: “Ketahuilah
bahwa sesungguhnya kehidupan di dunia hanya sendagurau, permainan, perhiasan,
dan diantara kamu saling berme-gah-megahan, serta berlomba-lomba memperbanyak
harta dan anak-anak. Demikian itu seum-pama air hujan yang menabkan orang-orang
kafir karena tumbuh-tumbuhannya, kemudian ia menjual kering, lalu engkau
melihat menjadi kuning, kemudian menjadi hancur. Sedangkan diakherat disiksa
dengan keras (untuk orang-orang kafir), serta ampunan dan keridhaan Allah
(untuk orang-orang mukmin). Hidup didunia adalah hanya kenikmatan yang tertipu.”
(QS. Al-Hadiid : 20).
Engkau
kagum dengan hijaunya tanaman yang indah, dengan segala lukisan dunia,
perhiasan, kenikmatan, semua akan berakhir dengan kehancuran. Engkau
memburu dengan sepenuh hati, tanpa sedikitpun membagi hati untuk kepentingan
akherat. Andaikan engkau memang kaya raya, engkaupun sangat beruntung yang
hanya seumur kehidupanmu didunia ini, katakanlah hidup 60, 70, atau 80 tahun
lamanya, yang jelas pasti akan mati juga. Andaikan engkau tetap dan miskin,
engkau akan sengsara didunia dengan kemiskinan, dan lebih sengsara lagi kelak
hidup di kampong akherat.
Maka
dari itu hidup didunia yang singkat ini, harus ada kebijaksanaan terhadap hati
yang laksana raja memerintah dengan penuh kearifan dan kemaslahatan. Kekuasaan
hati harus terisi dengan dunia juga akherat. Sekalipun permainan, namun itu
harus tetap terisi dengan usaha-usaha produktivitas hidup, sebah sekarang masih
menjalankan kehidupan dunia. Sedangkan masalah akherat, harus terisi dengan
amalan-amalan shaleh.
Allah
SWT berfirman, artinya: “Hidup
didunia hanya permainan dan senda-gurau. Bilamana kamu beriman dan bertaqwa,
maka Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak minta semua hartamu.”
(QS. Al-Hadiid : 36).
Allah
SWT tidak meminta harta hasil usaha manusia, akan tetapi menganjurkan untuk
kita menyisihkan sedikit dari harta kita sebagai; infak, zakat dan sedekah
kita, niscaya menjadi sebab pembela nasib kita kelak di akherat. Dalam hal ini
kita harus memiliki satu keyakinan, keimanan, praktek denga taqwa, dengan
begitu hidup di akherat bisa bernasib baik. Sebab tanpa ada iman dan taqwa,
tentu kita terhadap harta akan sangat pelit.
Kenapa Orang Bergelimang
Dosa Semakin Kaya?
Bersedihlah
mereka yang selalu culas dan curang dalam hidupnya, seperti; menipu, merampok,
membegal, menindas, memperkosa hak orang lain, berjudi, berzina, mabuk-mabukkan,
tidak jujur dalam berdagang, tapi nasib mereka semakin kaya. Dia murtad, tidak
shalat, tidak zakat, tidak menyembelih hewan kurban, bahkan mereka orang-orang
non Islam semakin kaya saja. Ini pertanyaan yang mungkin sering terlontar dalam
benak pikiran kita.
Jawaban
Allah SWT tentang pertanyaan tersebut di atas, ini dalam ayat ini: “Barang siapa yang menghendaki hidup di
dunia dan segala perhiasannya, Kami sempurna-kan pekerjaan itu di dunia, dan
mereka sama sekali tidak dirugikan. Tapi tidak ada (balasan) bagi mereka di
akherat kecuali neraka. Dan musnahlah apa-apa yang mereka kerjakan di dunia,
serta binasa apa-apa yang mereka amalkan.” (QS. Hut : 15 – 16).
Apa
yang dimaksud “Oleh Allah disempurnakan pekerjaannya? yaitu disuk-seskan,
dikayakan, segala rencana diberhasilkan, dan mereka sama sekali tidak pernah
rugi dalam hubungan usaha apapun. Namun kelak neraka tempatnya.” Kalau mereka
beramal, amal itu tidak disandarkan pada iman dan taqwa, melainkan lebih mereka
sandarkan kepada niat-niat kebanggaan dunia. Misalnya riya, ingin dipuji orang,
agar orang lain bilang dia itu murah hati, agar relasinya semakin luas. Maka
dasar amal baik semacam itu, sama sekali tidak ada nilainya, melainkan tertolak
dan hilang musnah tak berbekas apapun di akherat. Sebab apa yang mereka
harapkan, sudah diberikan sebagaimana yang diinginkan, yaitu puja dan puji
manusia.
Mereka
sama sekali tidak menyadarinya, bahwa dunia ini adalah permainan yang culas dan
curang bagi orang-orang yang tidak mendasari diri pada iman dan taqwa,
sedangkan akherat adalah kehidupan nyata, ada, bahagia dan abadi selamanya.
Berkali-kali Al-Qur’an mengingatkan pengertian tentang ini dan itu yang
menanda-kan betapa kuatnya daya permainan itu, lantaran bahaya besar pasti akan
datang menghadang. Kita utarakan lagi ayat yang sama; “untuk membuka hati bahwa
itu benar-benar permainan yang membahayakan hati.”
Allah
SWT berfirman yang artinya: “Wahai
manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, untuk itu janganlah kamu
terpedaya oleh permainan kehidupan dunia. Dan jangan terpedaya oleh bujuk rayu
(syetan) akan adanya Allah.” (QS. Faathir : 5 ).
Dalam
dua ayat berikut ini Allah SWT berfirman, artinya: “Perumpamaan dunia adalah seperti air yang Kami turunkan dari
langit, lalu menghidupkan bernagai tanaman di bumi, diantara makanan yang
dimakan manusia dan binatang ternak. Sehingga manakala bumi mencapai puncak
keindahannya, serta berhias, serta merta peng-huninya menduga bahwa mereka
mampu menguasainya. (Ketika itu) datanglah perintah Kami waktu malam atau
siang, lalu Kami menjadikan bumi ini seperti bumi yang telah dipotong-potong
tanamannya, seolah-olah kemarin itu tidak ada. Demi-kianlah Kami terangkan
beberapa tanda bagi kamu yang mau berpikir.” (QS. Yunus : 24(
Allah
SWT berfirman, artinya: “Tunjukkanlah
kepada mereka perumpamaan hidup di dunia, adalah seperti air yang Kami turunkan
dari langit, lalu meng-hidupkan tumbuh-tumbuhan di bumi (sampai subur) kemudian
ia menjadi kering, diterbangkan oleh angin. Dan Allah berkuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Al Kahfi : 45)
Kesesatan dunia
Memilih
dunia jelas kesesatannya, artinya ia berpegang teguh bahwa dunia adalah tujuan,
sehingga kehidupan akherat dia abaikan. Ini merupakan pikiran yang sesat.
Boleh, tapi jangan dunia semata-mata dijadikan tujuan, sebab ada tujuan lain
yang lebih kekal dan abadi, yaitu membangun tujuan kehidupan akherat. Dimana
untuk mengetahui dan memahami kehidupan akherat perlu iman dan taqwa, yang
sejalan dengan tujuan berdasarkan tuntunan Al-Qur’an.
Adapun
kita yang memilih dunia sebagai tujuan utama, dan tentu jelas kesesatan-nya,
Allah SWT sudah memperingatkan dalam Al-Qur’an, sebagaiman firman-Nya yang
berati: “Neraka Wail untuk orang-orang
kafir dengan siksa yang sangat pedih. Ialah orang-orang yang memilih hidup di
dunia dibanding akherat, dan meng-halangi jalan Allah, serta memilih (jalan
yang bengkok). Mereka itu dalam kesesa-tan yang nyata.” (QS. Ibrahin : 3)
Dikatakan
sesat! Sebab itu kehidupan yang sementara, tapi kita memilih kehidupan dunia
sebagai tujuan utama, malah diprinsipkan dengan menanam-kan berbagai ideologi
lain yang lebih menyesatkan. Sedangkan “menghalangi jalan Allah!” Artinya
kita tutup jalan akherat untuk mengejar kemewahan dunia yang sesaat, sebab
takut dikatakan rendah, hina, tak bermartabat, hanya karena tidak berharta.
Untuk meraup harta dihalangi proses perjuangan, misal menghancurkan Madrasah,
Pesantren dan Majelis-majelis Ilmu dengan segala upaya agar menang.
Dunia Adalah Ujian
Bukan
tujuan, tapi ujian! Ingatlah ketika Nabi Adam a.s tidak bertahan hidup di surga
dengan melanggar larangan Allah, maka ia diturunkan ke dunia untuk di uji
keimanannya. Kalau berhasil kuat, dia akan kembali ke surga dengan bahagia.
Demikian pula anak Adam, yang tidak kuat dengan ujian hidup keduniaan, malah
akan dicampakkan ke dalam neraka.
Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an, berkenaan dengan persoalan ujian hidup di dunia:
“Sesungguhnya Kami menjadikan apa-apa
yang di muka bumi ini sebagai perhiasannya, supaya Kami menguji; manakah di
antara mereka yang lebih baik perbuatannya!” (QS. Al-Kahfi : 7)
Manusia
diuji dengan perhiasan dunia, terutama oleh tiga hal, yaitu; harta, wanita, dan
tahta. Dengan tiga hal ini sehingga banyak manusia terlena dengan kenikma-tan
dan pola hidup glamour, terlena dengan perhiasan dan busana, terlena dengan
kendaraan luxury yang mahal dan bermerk, lalu mengejar sepenuhnya hingga lupa
akan kehidupan akherat. Atau malah dia berbuat baik, sebab tahu yang dihadapan
mata adalah ujian. Sekilas dunia adalah madu yang manis, sehingga langsung dia
telan, karena tidak tahu bahwa pahitnya ujian hidup di dunia yang dia sandarkan
atas iman dan takwa, justru itu yang seungguhnya akan berbuah manis di akherat
kelak. Manisnya madu dunia, yang seketika itu terasa manisnya, tapi lambat-laun
badan hancur, sebab racun dalam madu mulai bereaksi.
Kehancuran
itu tidak akan bereaksi kecuali mati menimpa kehidupan, di alam kubur mulai
berekasi, mulai tahu wujud kenyataan, kemudian mereka minta ingin dikem-balikan
ke dunia untuk berbuat amal baik, tapi permintaan itu tidak akan pernah
dikabulkan, yang tinggal hanyalah penyesalan yang tidak ada taranya.
Hakikat Hidup Orang Mukmin
Merupakan
pesan untuk Mukminin dan Mukminat, terutama pesan ini kepada saya yang hina
ini, semoga masuk dan meresab kedalam hati, sehingga mempengaruhi segala
aktifitas dhahir dan batin. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
yang artinya adalah: “Jangalah engkau
melayangkan kedua matamu kepada perhiasan yang telah Kami berikan kepada
mereka, sebagai bunga hidup di dunia. Adalah mereka Kami uji dengan keadaan
yang demikian itu. (INGATLAH…!) rizki Tuhanmu (surga) lebih baik dan lebih kekal.”
(QS. Thaaha : 131)
Mereka
itu sesunggauhnya berada dalam cobaan Allah SWT dengan kesuksesan di dunia
tanpa mengalami kerugian sedikitpun. Jangan kita iri dengki, lalu mengeluh
dengan kemiskinan, melainkan kita kuatkan hati dan keyakinan seperti pesan ayat
diatas. Amiin!
Karena
yang terbaik adalah: memegang prinsip sapu jagat, berhasil di dunia dan selamat
di akherat. Doa dalam firman Allah SWT yang artinya: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat,
serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al Bawarah : 201).
Ini
merupakan kunci utama, kemudian dijabarkan menjadi berbagai pengertian:
“bagaimana baiknya di dunia dan baiknya di akherat.” Akan diketahui prinsip
ter-baik fiddiini waddun-ya wal aakhirah.
Cara mengemban hidup di dunia yang baik, bersikap baik, berpandangan hidup
baik, dengan dasar-dasar dan pandangan hidup baik pula. Ini tidak mudah
sekalipun mengerti, sebab yang penting adalah praktek dari prinsip itu.
Bolehlah
kita meminjam Marroow, bawahan dari Presdir Alfred J. Morgan, adalah: “Setiap
tujuan berikutnya lebih sulit, akan tetapi sangat ambisius, dibandingkan tujuan
atau target yang sudah dicapai minggu yang lalu.” Disinilah pentingnya
meletakkan dunia adalah tujuan pengembaraan, dan akherat adalah tujuan utama
kehidupan. Katakanlah sudah mencapai tujuan dunia dengan segala praktek kerja
sekalipun tidak ternama. Kemudian ingin mencapai tujuan akherat itu
gampang-gampang susah, namun kita tetap berambisi dengan keinginan besar, agar
sukses di akherat dengan selamat.
Kenapa!
Karena prakteknya berkenaan dengan hati. Dalamnya hati siapa yang tahu.
Sekalipun beramal, shalat, puasa, zakat, dan haji apa yang berlaku dalam
hatinya siapa yang tahu: “niat ibadah kah, atau hanya ambil nama predikat riya’
yang terus diintai oleh syetan.”
Kita
ingat Kiyai Barseso punya ribuan murid alim-ulama, namun matinya diatas tubuh wanita jalang sambil minum minuman keras. Kita punya ambisi untuk
berhasil, adalah nanti berhasil atau tidak ditentukan oleh keadaan hati. Adapun
masalah Barseso, hakekatnya dia punya kegiatan maksiat yang rutin tanpa
sepe-ngetahuan murid-muridnya, dia suka minum arak dan berzina.
Kalau
insan muslim bergiat hati melaksanakan ibadah, maka itulah jalan terbaik menuju
keselamatan akherat. Sedangkan cirinya orang di neraka, adalah mereka yang
bersikap yang arahnya kesana.
Untuk
menyelamatkan hati dan praktek ibadah disini memerlukan ilmu pengetahuan
agama, pandangan hidup beragama, dan lain-lain yang menjurus mencetak insanul
kamil. Agama memiliki perbendaharaan cara-cara sukses dunia akhirat, yang sudah
barang tentu mempelajari betul hakekat dunia dan hakekat akherat, dengan
mengenal keduanya secara seimbang. Dunia berarti fisikal yang harus dirawat
agar tetap baik, dan akherat adalah prihal ghaib yang wajib diimani dan
dipraktekkan demi keselamatan di akherat kelak.
Amiin
ya Rabbal’alamin
Komentar